Iklan

Iklan

Menyambut HAI 2024: Membangun Masyarakat Inklusif Melalui Literasi

DPP ASTINA
27/09/2024, 12:51 WIB Last Updated 2024-10-03T02:38:39Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini



Hari Aksara Internasional 2024 kali ini mengusung tema yang relevan dengan semangat bangsa kita: "Penguatan Masyarakat yang Berkebinekaan dan Inklusif." Saat kita berbicara tentang literasi, tak hanya soal kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga bagaimana literasi dapat membangun masyarakat yang lebih terbuka dan merangkul keberagaman. Literasi menjadi landasan penting untuk menciptakan kesetaraan, inklusi, dan akses pendidikan yang adil bagi semua, terutama mereka yang berada di jalur pendidikan kesetaraan.

Kemajuan dan Tantangan Literasi di Indonesia

Ada kabar baik yang patut kita syukuri. Berdasarkan laporan terbaru dari Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemdikbud Ristek RI, tingkat buta aksara di Indonesia terus menunjukkan penurunan yang signifikan. Pada tahun 2022, tercatat 1,51% penduduk Indonesia usia 15-50 tahun masih mengalami buta aksara, namun pada tahun 2023, angka tersebut berhasil ditekan hingga 1,08%. Artinya, hampir satu juta orang Indonesia kini sudah lebih melek huruf dibandingkan tahun sebelumnya.


Namun, penurunan angka buta aksara ini tidak serta-merta menghilangkan tantangan literasi kita. Di lapangan, banyak siswa pendidikan kesetaraan yang mengalami kesulitan memahami teks, baik yang sederhana maupun yang kompleks. Mereka mungkin bisa membaca kata demi kata, tapi pemahaman mereka terhadap makna yang lebih mendalam masih terbatas. Ini bukan hanya persoalan teknis, tetapi lebih kepada bagaimana mereka diajarkan untuk benar-benar memahami dan menerapkan literasi dalam kehidupan sehari-hari.


Literasi sebagai Kunci Kesetaraan

Dalam konteks pendidikan kesetaraan, peran tutor menjadi sangat penting. Banyak siswa yang terlibat dalam pendidikan kesetaraan berasal dari latar belakang yang beragam, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun pendidikan. Di sini, tutor pendidikan kesetaraan berperan sebagai jembatan yang membantu siswa memahami materi yang kadang terasa sulit dicerna. Tugas mereka bukan hanya mengajarkan baca-tulis, tetapi juga membantu siswa menemukan cara berpikir yang kritis dan analitis.


Pesan dari Direktur PMPK kepada seluruh satuan pendidikan, termasuk pendidikan kesetaraan, sangat jelas: pentingnya melanjutkan program Dekade Belajar dan memperluas akses pendidikan bermutu. Tutor kesetaraan memiliki peran sentral dalam mewujudkan pesan ini, karena mereka adalah penggerak di lapangan yang bekerja langsung dengan peserta didik yang membutuhkan perhatian lebih dalam hal literasi dan numerasi.


Tantangan Literasi dan Dampaknya

Literasi yang lemah dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Di dunia yang semakin kompleks dan digital ini, kemampuan literasi tidak hanya berkaitan dengan keterampilan membaca buku teks, tetapi juga memahami informasi dari media digital, instruksi pekerjaan, hingga hak-hak sosial. Kurangnya literasi mempersempit peluang seseorang untuk berkembang di dunia kerja, dan pada akhirnya berpotensi memperburuk kemiskinan.


UNESCO telah mencatat bahwa tingkat literasi Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan banyak negara lain. Siswa-siswa kita masih berada di peringkat yang memprihatinkan dalam hal pemahaman membaca dan matematika di laporan PISA 2018. Ini menjadi alarm bagi kita semua bahwa literasi harus diperkuat, bukan hanya di sekolah formal, tapi juga di jalur pendidikan alternatif seperti pendidikan kesetaraan.


Peran Tutor Pendidikan Kesetaraan

Tutor pendidikan kesetaraan di seluruh Indonesia, termasuk mereka yang tergabung dalam Forum Tutor Pendidikan Kesetaraan, memainkan peran yang tak tergantikan dalam upaya meningkatkan literasi ini. Mereka adalah guru-guru yang mungkin tidak berada di sorotan publik seperti guru sekolah formal, tetapi dampak yang mereka ciptakan di komunitas mereka sangat besar. Para tutor inilah yang langsung berhadapan dengan siswa-siswa yang, dalam banyak kasus, memiliki akses terbatas terhadap pendidikan formal.


Tutor juga memiliki tugas untuk menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan menyenangkan, sebagaimana disampaikan oleh Direktur PMPK. Pembelajaran yang efektif tidak hanya didasarkan pada metode konvensional, tetapi juga dengan pendekatan yang lebih kreatif, menggunakan metode berbasis proyek, permainan edukatif, atau diskusi terbuka. Dengan cara ini, siswa kesetaraan dapat lebih mudah memahami pelajaran dan merasa termotivasi untuk terus belajar.


Mengupayakan Solusi Bersama

Meningkatkan literasi di Indonesia adalah tanggung jawab bersama. Kita tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja. Keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah harus berjalan seiring dalam upaya ini. Berikut adalah beberapa langkah penting yang bisa diambil oleh berbagai pihak:


  1. Keluarga
    Orang tua di rumah perlu berperan aktif dalam mendorong minat baca anak-anak mereka. Meski anak berada di jalur pendidikan kesetaraan atau homeschooling, keluarga tetap menjadi fondasi awal di mana kebiasaan membaca bisa terbentuk.

  2. Sekolah dan Lembaga Kesetaraan
    Baik sekolah formal maupun lembaga pendidikan kesetaraan harus terus berinovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran yang relevan dan menarik. Siswa harus diajak untuk tidak hanya membaca, tetapi juga berpikir kritis dan menganalisis teks.

  3. Masyarakat
    Komunitas lokal bisa mendukung gerakan literasi dengan membuka ruang baca, taman bacaan, atau perpustakaan umum yang bisa diakses oleh siapa saja. Semakin banyak tempat belajar yang terbuka di tengah masyarakat, semakin besar pula kesempatan literasi bagi semua.

  4. Pemerintah
    Pemerintah memiliki peran besar dalam memastikan bahwa pendidikan, baik formal maupun non-formal, bisa diakses oleh seluruh masyarakat, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus atau yang tinggal di daerah terpencil. Pendidikan inklusif dan homeschooling juga perlu mendapatkan perhatian lebih, agar setiap anak bisa mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pendidikan Inklusif dan Alternatif

Sebagai bagian dari upaya menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, pendidikan inklusif dan alternatif seperti homeschooling serta pendidikan berbasis komunitas harus terus dikembangkan. Anak-anak dengan kebutuhan khusus atau yang tidak bisa bersekolah formal tetap memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. 


Di sinilah peran penting lembaga pendidikan kesetaraan dan tutor-tutornya yang mampu memberikan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu.


Peringatan HAI  2024 mengingatkan kita akan pentingnya literasi dalam mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif, beragam, dan sejahtera. Dengan dukungan penuh dari para tutor pendidikan kesetaraan, keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah, kita dapat terus meningkatkan literasi di Indonesia. Literasi adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, tumbuh, dan berkontribusi bagi bangsa. (m kurt)


Link Video Perintahan Hari Aksara Internasional 2024 

https://www.youtube.com/live/j_gdfgxsYYE?si=BWkQ_5qnWlkDp7Al


Komentar

Tampilkan

Terkini

Tag Terpopuler